Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah

Rabu, 11 Januari 2017

Sejarah Lengkap Kronologi Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Gerakan 30 September 1965/PKI


Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih cita-citanya. PKI bercita-cita mengubah negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila dengan negara yang berideologi komunis.

D.N. Aidit sebagai pimpinan PKI mendukung konsep demokrasi terpimpin yang berporoskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).


A. Tahap Persiapan

PKI melakukan berbagai kegiatan untuk memperoleh simpati dan dukungan luas dari pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
  1. Mengirim sukarelawan dalam konfrontasi dengan Malaysia.
  2. Melakukan “aksi sepihak” tahun 1963, terutama di Jawa, Bali dan Sumatera Utara dengan membagikan tanah kepada petani.
  3. Melakukan demonstrasi, menuntut kenaikan upah di pabrik-pabrik, perusahaan, dan perkebunan.
  4. Memberikan latihan politik dan militer kepada anggota pemuda rakyat dan gerwani. PKI akhirnya menuntut pemerintah agar membentuk angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh, petani, dan nelayan yang dipersenjatai.
  5. Menghancurkan lawan politiknya dengan jalan mendukung pemerintah untuk membubarkan Masyumi, Murba, Manikebu (Manifesto Kebudayaan).
  6. Menyebarkan isu tentang adanya Dewan Jenderal dalam Angkatan Darat yang akan mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan bantuan Amerika Serikat. Tuduhan ini dibantah oleh Angkatan Darat. Sebaliknya, Angkatan Darat menuduh PKI yang akan melakukan kudeta.
Gambar: PKI unjuk kekuatan dengan mengumpulkan massa yang banyak 
di stadion Senayan Jakarta pada saat merayakan hari ulang tahun PKI.

B. Tahap Pelaksanaan

Berita tentang semakin memburuknya kesehatan Presiden Soekarno menimbulkan ketegangan di kalangan pemimpin politik nasional. Ketegangan ini mencapai puncaknya pada pemberontakan tanggal 30 September 1965. Sehingga disebut dengan istilah G30S PKI.

Pada dini hari di penghujung bulan September 1965 terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat yang dipimpin langsung oleh Letkol Untung (Komandan Batalyon I Cakrabirawa).

Operasi itu dibantu oleh satu batalyon dari Divisi Diponegoro, satu batalyon dari Divisi Brawijaya, dan orang sipil dari pemuda rakyat.

Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh adalah:
  1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat.
  2. Mayor Jenderal R. Suprapto (Deputi II Pangad).
  3. Mayor Jenderal M.T. Haryono (Deputi III Pangad).
  4. Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I Pangad).
  5. Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan (Asisten IV Pangad).
  6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat).

Jenderal A.H. Nasution yang menjadi sasaran utama penculikan berhasil meloloskan diri. Akan tetapi, Ade Irma Suryani (putrinya) tewas tertembak para penculik. Sementara itu, Letnan Satu Piere A. Tendean (ajudan Jenderal Nasution) menjadi sasaran penculikan.

Aksi penculikan juga menewaskan Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun (pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena). Rumah J. Leimena berdampingan dengan rumah A.H. Nasution.

PKI sudah menguasai studio RRI Pusat dan gedung telekomunikasi. Melalui RRI, pada tanggal 1 Oktober 1965, Letkol Untung menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada jenderal-jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta (perebutan kekuasaan).

Gambar: Salah satu adegan dalam film G 30 S/PKI menggambarkan penangkapan 
dan penculikan seorang jenderal yang dilakukan pasukan Cakrabirawa

Presiden Soekarno berangkat menuju Bandara Halim Perdana Kusuma. Presiden Soekarno segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa.

Sementara itu di Yogyakarta, pemberontak G 30 S/PKI yang dipimpin Mayor Mulyono menculik Kolonel Katamso (Komandan Korem 072) dan Letkol Sugiyono (Kepala Staf). Kedua perwira itu dibunuh di asrama Batalyon L di Desa Kentungan (di luar kota Yogyakarta).

C. Menumpas Gerakan 30 September 1965/PKI

Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mengambil alih komando Angkatan Darat karena Menteri Panglima Angkatan Darat (Letjend Ahmad Yani) belum diketahui nasibnya.
Gambar: Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad memberikan keterangan 
kepada para wartawan berkaitan dengan aksi G 30 S/PKI

Panglima Kostrad memimpin operasi penumpasan terhadap G 30 S/PKI dengan menghimpun pasukan lain, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri, dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.

Studio RRI pusat, gedung besar telekomunikasi dapat direbut kembali. Operasi diarahkan ke Halim Perdana Kusuma. Halim Perdana Kusuma dapat dikuasai pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada tanggal 2 Oktober 1965.

Karena tidak ada dukungan dari masyarakat dan anggota angkatan bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung G 30 S/PKI termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit melarikan diri.

Atas petunjuk Sukitman (seorang polisi), diketahui bahwa perwira-perwira Angkatan Darat yang diculik dan dibunuh telah dikuburkan/ditanam di Lubang Buaya.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, ditemukan tempat kuburan para jenderal itu. Pengambilan jenazah dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh RPKAD dan Marinir.

Seluruh jenderal korban G 30 S/PKI dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto untuk dibersihkan dan disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

Keesokan harinya bertepatan dengan hari ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1965 para jenasah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Gambar: Jenazah para jenderal korban G 30 S/PKI dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 
Mereka diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Untuk mengikis habis sisa-sisa G 30 S/PKI dilakukan operasi-operasi penumpasan, yakni sebagai berikut.
  1. Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RPKAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.
  2. Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Kodam VIII/Brawijaya yang dipimpin Mayjen M. Yasin dan Kolonel Witarmin.
  3. Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan adanya operasi-operasi di atas, para pemimpin/tokoh-tokoh PKI dapat ditangkap sekaligus ditembak mati. Operasi penumpasan itu mengakibatkan kekuatan PKI dapat dilumpuhkan.

Gambar: Tank prajurit TNI melintas di sebuah jalan di daerah Surakarta 
dalam rangka menumpas gerakan PKI pada tahun 1965

Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 September, pada tanggal 6 Oktober 1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora.

Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno menyatakan sikapnya demikian:
 Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno menandaskan bahwa mengutuk pembunuh-pembunuh buas yang dilakukan oleh petualang-petualang kontra revolusi dari apa yang menamakan diri Gerakan 30 September. Tidak membenarkan pembentukan apa yang dinamakan Dewan Revolusi. Hanya saya yang bisa mendemisioner kabinet dan bukan orang lain.”

D. Kesatuan aksi dalam menumbangkan Orde Lama

Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 September segera mendapat perlawanan dan reaksi keras dari masyarakat yang menemukan bukti keterlibatan PKI dalam gerakan tersebut.

Akhir Oktober 1965, persatuan aksi yang dibentuk para mahasiswa, pelajar, dan berbagai organisasi lainnya menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI dan organisasi pendukungnya.

Pemerintah tidak segera menanggapi tuntutan masyarakat dan Nasakom tetap dijadikan prinsip kegiatan politik nasional.

Kesatuan aksi pada tanggal 26 Oktober 1965 membentuk satu front, yaitu “Front Pancasila”. Gelombang demonstrasi menuntut dibubarkannya PKI di berbagai daerah.

Hal itu menjurus ke arah konflik politik yang mengakibatkan korban jiwa yang besar di dalam masyarakat, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera Utara.

Gambar: Para mahasiswa mengadakan demonstrasi menyerukan Tritura di jalan-jalan ibu kota Jakarta

Isi Tritura

Pada tanggal 10 Januari 1966, kesatuan aksi yang tergabung dalam “Front Pancasila” melakukan demonstrasi di muka gedung DPR-GR.

Mereka mengajukan tiga tuntutan hati nurani rakyat yang dikenal dengan nama “Tritura” (Tiga Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adalah sebagai berikut.
  1. Bubarkan PKI.
  2. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI.
  3. Turunkan harga barang.

Aksi menentang PKI ditunjukkan saat pelantikan anggota Kabinet Dwikora yang disempurnakan pada tanggal 24 Februari 1966. Para demonstran menggelar aksi untuk menggagalkan peresmian kabinet.

Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa yang bernama Arief Rachman Hakim gugur terkena tembakan resimen Cakrabirawa. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net