Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah

Selasa, 31 Januari 2017

Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram)

Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di tanah Jawa yang berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai keturunan penguasa Majapahit. Asal-usul kerajaan Mataram Islam berawal dari suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi Mentaok' yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), ia adalah putra Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram)
Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan VOC pada masa akhir menjelang keruntuhan.
Bendera Kerajaan Mataram Islam
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian. Kerajaan ini meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat ditemui hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Jawa Barat (Pantura), penggunaan hanacaraka, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku sampai sekarang.

Masa awal

Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian naik tahta dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram berada di daerah Mentaok, wilayah nya terletak kira-kira di selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang (timur Kota Yogyakarta). Lokasi keraton pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah ia meninggal kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta pindah ke putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro memiliki penyakit syaraf sehingga tahta nya beralih dengan cepat ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa pemerintahan Mas Rangsang, Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan.

Terpecahnya Mataram

Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau 'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadi ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13 Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari Mataram.

Peristiwa Penting

  • Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
  • Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar". Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih dianggap sebagai Senapati Utama Pajang).
  • Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar 'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
  • Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang.
  • Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan (ibu kota) ke Kartasura.
  • Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III kemudian membentuk pemerintahan pengasingan.
  • Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran belum melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan VOC.
  • Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
  • Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. pada 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah Pesisiran (daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-Raden Mas Said.
  • Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Pada tanggal 23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4 November, Paku Buwana III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah' atau dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga muncul Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Sultan Hamengku Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said dan VOC. Raden Mas Said kemudian diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta.
  • Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
  • Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
  • Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
  • Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara resmi dikuasai Belanda.
Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang Diponegoro.

Peninggalan kerajaan mataram Islam:

Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.

Masjid Agung Negara
Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Masjid Agung Negara
Kompleks Makam Pendiri Kerajaan di Imogiri
Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari.
Permakaman Imogiri pada tahun 1890

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

AKHIR JALAN

Andai kami hari ini masih hidup
Kami gema-kan irama juang
Tapi kini kami telah tiada
Akibat keganasan pemberontakan PKI di bulan september 1948
Ucapkan nama kami penuh ingat
Tangis i kami penuh bangga
Biarkan tempat ini jadi sunyi
Kami menjaganya
Teruskan jalan kami, jalan Pancasila & UUD 1945
Kami hanya sampai disini

Ngawi, 23 Oktober 1975


www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

Kamis, 12 Januari 2017

Sejarah Keberadaan Gereja di Indonesia – Tempat Ibadah Umat Kristen

Gereja di Indonesia terbagi dua, yaitu gereja Katolik dan gereja Kristen. Gereja Kristen di Indonesia, terlepas dari fakta bahwa Kristen sendiri merupakan agama minoritas, diperkirakan dimulai pada abad ke-12, dimana kaum Kristen Mesir mencatat bahwa ada beberapa gereja Kristen yang didirikan di Barus, daerah pantai barat Sumatra Utara yang merupakan sebuah pos perdagangan yang sering didatangi oleh saudagar India dan karena hal itu dikaitkan dengan Saint Thomas Christian yang ada di India. Meski begitu, tak ada bukti bahwa Kristen pernah tiba sebelum datangnya saudagar Portugis di abad ke-16. Untuk gereja Katolik, mulai muncul juga ketika pada awal abad ke-14, lewat misi Katolik Roma untuk mencapai Indonesia yang dipimpin oleh Mattiussi yang mengunjungi Sumatra, Jawa, dan Banjarmasin.
Awal Perkembangan Gereja di Indonesia
Sejarah munculnya gereja di Indonesia dari sisi Kristen dimulai ketika orang-orang Portugis tiba di Kesultanan Malaka yang kini menjadi Malaysia pada tahun 1509 demi mencari kekayaan yang mereka punya. Awalnya, hubungan mereka berjalan baik hingga terjadi penundukkan Goa dan beberapa konflik antara Muslim dan Kristen yang menyebabkan kaum-kaum Muslim di Malaka berpendapat bahwa kedatangan Kristen Portugis hanya akan membawa masalah bagi mereka. Yang memperparah kejadian ini adalah penundukan Malaka, dimana kejadian tadi dinilai menjadi titik balik yang membuat seluruh umat Muslim Malaka menciptakan suatu sentimen yang melawan Kristen Portugis. Perlawanan juga muncul dari umat Muslim di Aceh, dan juga kekaisaran Ottoman. Meskipun pihak Portugis berhasil membangun beberapa gereja, kedatangan mereka di Malaka lebih dinilai sebagai kesan negatif dibandingkan tujuan awal mereka untuk mempromosikan agama tersebut.
Di sisi Katolik, Mattiussi yang merupakan seorang biksu Italia mengaku bahwa ia ditugaskan oleh sang Paus untuk berlayar dari Padua menuju Sumatra sebelum akhirnya tiba di Jawa dan Banjarmasin. Misi ini dimulai pada tahun 1318, dan diakhiri dengan kepulangannya melalui darat melintasi Tiongkok, Vietnam, serta Eropa ditahun 1330. Di catatan yang ia buat, tertulis juga sebuah kerajaan Jawa yang memiliki corak Hindu-Buddha, seperti pada Majapahit. Misi tersebut dinilai sebagai misi pionir, dimana karena misi ini gereja Katolik bisa memiliki Informasi tentang kondisi Asia, dimana pada waktu itu belum ada sama sekali pengaruh agama Katolik di benua tersebut.
Ketika terjadi pendudukan Malaka pada tahun 1511 oleh pihak Portugis, misionaris Katolik juga seketika tiba di daerah itu. Salah satu dari yang paling terkenal dan penting dalam perkembangan sejarah gereja di Indonesia adalah Francis Xavier. Ketika orang-orang Portugis diusir keluar Ternate pada tahun 1574, banyak umat Katolik di daerah tersebut yang dibunuh atau secara paksa diubah keyakinannya menjadi Islam. Pada tahun 1605, orang-orang Katolik yang masih tersisa dipaksa lagi untuk menganut ajaran baru, yaitu Protestan. Baru pada tahun 1808 dibawah pimpinan Daendels, umat Katolik diberikan kebebasan untuk menganut agama mereka sendiri.
Kembali menelusuri sejarah gereja Kristen adalah ketika pada tahun 1972, seorang asli Bali yang bernama I Wayan Mastra memeluk agama Kristen ketika ia sedang bersekolah di sekolah Kristen di pulau Jawa. Ia kemudian menjadi ketua GKPB dan memulai proses Balinisasi, dimana ia mencoba membuat gereja-gereja Kristen di Bali menjadi lebih terbuka akan budaya-budaya Bali, mengikuti gereja Katolik Bali yang sudah terlebih dahulu melakukan hal seperti itu.
Sejarah gereja di Indonesia terutama gereja Katolik kembali mengalami perubahan ketika pada tahun 1896, seorang pendeta dari Belanda yang bernama Frans van Lith datang ke Muntilan, Jawa Tengah. Awalnya, apapun yang ia coba tidak berakhir baik namun akhirnya pada tahun 1904 ada 4 pemuka kota yang berasal dari Kalibawang datang ke rumahnya dan meminta pengajaran tentang agama yang ia bawa. Pada tanggal 15 Desember di tahun yang sama, 178 masyarakat Jawa akhirnya dibaptis di daerah Semagun. Selain itu, Van Lith juga mendirikan sekolah untuk guru di Muntilan dimana sekolah ini diberi nama Normaalschool pada tahun 1900 dan berubah menjadi Kweekschool pada 1904. Pada tahun 1911, Van Lith kembali mendirikan Seminari Menengah yang berhasil mencetak orang-orang penting di sejarah Katolik Indonesia yaitu FX Satiman SJ, Albertus Soegijapranata SJ, dan Adrianus Djajasepoetra SJ.
Gereja Kristen sendiri, meskipun agamanya tetap menjadi minoritas di berbagai daerah, tidak berhenti menyebarkan ajarannya. Sehingga pada tahun enampuluhan, banyak penganut komunisme dan masyarakat Tiongkok yang beralih ke Kristen karena adanya jargon anti-komunis dan anti-Confucian. Pada masa-masa ini juga mulai banyak dibuat sekolah-sekolah Kristen yang mengajarkan tentang agama tersebut. Hingga saat ini, Gereja Kristen masih terus berusaha untuk berkembang lebih pesat dari perkembangannya sebelumnya.
Uskup pertama di gereja Katolik Indonesia adalah Albertus Soegijapranata SJ yang diangkat pada tahun 1940. Delapan tahun berikutnya pada di 20 Desember, dua penganut bernama Sandjaja serta Hermanus Bouwens dibunuh di sebuah desa yang bernama Kembaran, dimana akhirnya Sandjaja dinilai adalah martir dari gereja Katolik di Indonesia. Beberapa pahlawan Indonesia yang terkenal juga merupakan seorang penganut Katolik seperti Agustinus Adisoetjipto, Ignatius Slamet Riyadi, dan Yos Soedarso. Mungkin fakta-fakta ini juga lah yang membuat sejarah gereja di Indonesia, terutama gereja Katolik berkembang dengan sangat pesat. Meski begitu, pada tahun 1990-an dan awal tahun 2000 terjadi sebuah kerusuhan yang menargetkan para penganut Katolik dan Kristen. Untungnya pada saat itu, Abdurrahman Wahid yang menjadi pemimpin Nahdatul Ulama mampu menekan antipati yang ada diantara pihak dengan agama yang berbeda-beda itu.
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia

Awal terjadinya penjajahan oleh Jepang di Indonesia dimulai pada saat Jepang melakukan penaklukan Asia Tenggara di tahun 1941 dan faksi dari Sumatra menerima bantuan pihak Jepang untuk menjalankan rencana revolusi mereka terhadap pemerintahan Belanda. Satu tahun setelahnya, pihak Jepang akhirnya berhasil menghabisi seluruh pasukan Belanda yang ada di Indonesia. Apa yang dilakukan oleh prajurit Jepang kepada rakyat berbeda-beda tergantung tempat tinggal dan status sosial mereka. Bagi mereka yang tinggal di daerah yang dianggap strategis dalam perang, siksaan, perbudakan, hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya merupakan hal biasa. Yang paling sering menjadi target penganiayaan ini rata-rata adalah orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda.

Latar Belakang yang Mendasari Penjajahan Jepang di Indonesia
Pada tahun 1941, pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan Belanda harus diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo minyak yang amat mereka butuhkan. Pada tahun itu, Admiral Isoroku Yamamoto mengembangkan strategi perang untuk melakukan dua operasi besar-besaran. Operasi pertama adalah operasi yang dikenal sebagai salah satu penyerangan yang terbesar dalam sejarah Perang Dunia II, penyerangan terhadap basis Armada Pasifik Amerika Pearl Harbor yang terletak di kepulauan Hawaii. Operasi kedua merupakan penyerangan atas Filipina dan Malaya atau Singapura yang kemudian berlanjut ke Jawa.
Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941 Jepang melancarkan seranggan rahasia ke Pearl Harbor, ratusan pesawat pembom dan pesawat tempur Jepang diberangkatkan dalam dua gelombang. Penyerangan ini berhasil mencederai daya tempur dan menewaskan ribuan serdadu Amerika. Namun, tiga kapal induk Amerika Serikat selamat karena tidak sedang berada di Pearl Harbor saat serangan berlangsung. Esoknya, pada tanggal 8 Desember 1941, dewan kongres Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan perang terhadap Jepang yang menjadi langkah awal mereka untuk ikut terlibat pada Perang Dunia Kedua.
Penyerangan tadi bagi pasukan Jepang hanyalah permulaan, karena pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari di tahun 1942, Jepang berhasil menduduki Filipina, Tarakan, Balikpapan, Pontianak, Samarinda dan penaklukan terhadap Palembang dilakukan paling akhir. Untuk melawan pasukan Jepang, sebuah komando gabungan yang diberi nama ABDACOM atau American British Dutch Australian Command dibentuk oleh pasukan Sekutu di Bandung dengan Jenderal Sir Archibald Wavell sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 5 Maret 1942, Batavia berhasil ditaklukan oleh Jepang dan Belanda secara resmi menyerah pada tanggal 8 Maret 1942. Kejadian ini menandai awal sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
Meskipun tujuan awal mereka memang untuk menduduki Indonesia, pihak Jepang membuat propaganda untuk merebut hati rakyat pribumi. Slogan yang dikenal dengan semboyan 3A tersebut berbunyi “Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia.”
Karena zaman Jepang merupakan pemerintahan militer, tentara Jepang merubah Indonesia menjadi tiga wilayah pengaturan, yaitu:
  1. Tentara XVI bertugas untuk memerintah wilayah Jawa dan Madura dengan Jakarta sebagai pusatnya.
  2. Tentara XXV ditugaskan untuk memerintah Sumatra dengan Bukittinggi sebagai pusatnya.
  3. Armada Selatan II dengan wilayah yang terdiri dari Kalimantan sampai Sulawesi termasuk Nusa Tenggara, Maluku, Papua dengan Makassar sebagai pusatnya.
Romusha dan Penyiksaan Warga
Mengingat situasi mereka yang sedang dalam perang, Jepang mulai berpikir untuk membangun sarana-sarana seperti misalnya kubu pertahanan, jalan, lapangan udara, hingga benteng. Namun, tidak mungkin mereka memerintahkan tentara mereka. Karena hal ini, penjajahan Jepang di Indonesia mungkin adalah sejarah terkejam yang dialami bangsa Indonesia. Puluhan ribu rakyat dijadikan romusha dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa. Puluhan ribu warga Jawa dikirim untuk menerabas hutan dalam pembangunan jalur kereta api di Sumatera, yang melintang dari Muaro Sijunjung hingga Pekanbaru.
Para romusha diperlakukan layaknya bukan manusia. Dari pagi buta hingga senja, mereka harus melakukan kerja kasar tanpa makan maupun perawatan yang menyebabkan kondisi fisik mereka sangat lemah. Kondisi fisik yang lemah ini membuat mereka menjadi semakin rentan akan berbagai jenis penyakit, bahkan hingga meninggal dunia di tempat. Seakan belum cukup, pasukan Jepang juga memberi siksaan seperti cambukan, pukulan, dan menembak para romusha yang berani melawan perintah mereka.
Organisasi Semi Militer
Pihak militer Jepang mengeluarkan kebijakan untuk membentuk organisasi-organisasi semi militer yang berisi rakyat Indonesia. Organisasi-organisasi yang tercatat dalam sejarah penjajahan Jepang di Indonesia adalah:
  1. Seinendan : adalah organisasi pemuda yang berusia antara 15-25 tahun yang kemudian diubah menjadi 14-22 tahun.
  2. Keibodan : adalah barisan pembantu polisi Jepang dengan tugas kepolisian seperti penjagaan lalu lintas. Anggotanya adalah pemuda dengan usia 20-35 tahun yang kemudian berubah menjadi 26-35 tahun.
  3. Heiho : merupakan pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berumur antara 18-25 tahun. Untuk menjadi Heiho, seseorang harus berbadan sehat, berkelakuan baik, dan paling tidak telah lulus Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar)
  4. Pembela Tanah Air (PETA) : diprakarsai oleh Gatot Mangkupraja dan disahkan melalui Osamu Seirei No.44 pada 3 Oktober 1943. Banyak anggota PETA yang kecewa pada pemerintah pendudukan Jepang, mendorong pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945.
  5. Fujinkai : Organisasi wanita yang anggotanya berusia minimal 15 tahun.
Masa-Masa Akhir Penjajahan Jepang
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pasukan perang Amerika Serikat menjatuhkan 2 bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kemudian menyerah kepada sekutu. Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Perjuangan terakhir rakyat untuk merdeka ini akhirnya menjadi bagian penutup sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

Inilah 25 foto bersejarah dan langka milik Indonesia yang diambil sebelum tahun 1920

Salah satu hal yang menandai kemajuan peradaban manusia yaitu kamera. Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham adalah penemu kamera obscura yang menjadi asal-usul ditemukannya kamera lensa. Seiring berjalannya waktu kamera mengalami peningkatan kualitas hingga menjadi kamera yang kita pakai hari-hari ini.

Sebelum menjadi seperti sekarang ini, hasil jepretan kamera zaman dahulu hanya menampilkan warna hitam putih. Namun di situlah letak kekhasan foto-foto lawas. Ingin tahu seperti apa rupa Indonesia zaman baheula? Inilah 25 foto orang-orang Indonesia yang berhasil diambil sebelum tahun 1920 yang kami kumpulkan dari laman wowshack.com.

1. Pangeran Jawa dan kedua abdinya, diambil sekitar tahun 1865-1870
Tidak diketahui pasti ini pangeran siapa. Kemungkinan adalah bangsawan Jawa yang memang dalam adatnya terdapat golongan kasta yang membedakan antara kaum cendekia-kaya dan kaum miskin-papa

2. Pria Batavia dengan bakulnya, diambil Tahun 1870
Bakul merupakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan dengan mulut berbentuk lingkaran, sedangkan bagian bawahnya berbentuk segi empat yang ukurannya lebih kecil dari ukuran bagian mulutnya. Ini pengertian menurut KBBI. Lebih lanjut lagi, Pada KBBI dijelaskan tentang bakul bermain, yaitu bakul yangg digantungkan untuk tempat menyimpan barang. Pria pada foto ini berpose bersama sejenis bakul bermain miliknya

3. Raden Saleh, pelukis aliran romantisisme dari Jawa yang menjadi pelopor seni modern Indonesia. Foto diambil tahun 1872
Raden Saleh adalah keturunan keluarga ningrat di Jawa yang juga masih memiliki garis darah dengan orang Arab. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat. Ia belajar hingga ke Eropa tidak hanya untuk mendalami seni lukis tetapi juga dalam rangka memenuhi tugas untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa

4. Raja Buleleng di Bali dan sekretarisnya, diambil tahun 1875
Jika tak salah sebut, ini adalah Raja Kerajaan Buleleng yang bernama I Gusti Ketut Jelantik. Adapun Kerajaan Buleleng adalah kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849

5. Dua prajurit Nias dari Kabupaten Nias Selatan, diambil sekitar tahun 1882-1912
Kedua prajurit ini mengenakan baju zirah, yaitu baju baju besi yang dikenakan pada waktu berperang pada zaman dahulu. Adapun Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di pulau Nias

6. Pria Dayak dengan tato tradisionalnya, diambil tahun 1896
Suku Dayak mendiami Pulau Kalimantan. Adat mereka mengenal tato sebagai simbol atau tanda yang dapat menunjukkan kelas sosial mereka

7. Ketua adat Suku Batak Toba dan keluarganya di depan rumah, diambil tahun 1900
Suku Batak Toba merupakan sub suku Batak yang ada di Pulau Sumatra. Adapun rumah adat Batak Toba disebut Rumah Bolon. Rumah adat ini memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Rumah Adat Batak Toba Sumatera Utara, Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah

8. Para lelaki bertopeng yang mementaskan teater “TopĂ©ing” di Jawa, diambil sekitar tahun 1900-1920
Foto ini kemungkinan diambil setelah pertunjukan teater telah usai. Tidak diketahui pasti seperti apa cerita dalam teater yang menggunakan kostum bertopeng ini

9. Ketua adat Suku Dayak, diambil sekitar tahun 1900-1920
Suku Dayak sebenarnya adalah nama yang diberikan oleh penduduk pesisir pulau Borneo kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan

10. Tari Seudati yang dipentaskan di Samalanga, Bireun, Aceh. Foto diambil tahun 1907
Tari Seudati adalah tarian khas provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti sebuah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan

11. Perempuan Bali memintal benang, diambil tahun 1910
Perempuan Bali ini kemungkinan mengenal mesin pemintal dari orang Belanda yang masuk ke Indonesia. Adapun Mesin pemintal adalah mesin untuk memintal benang dari serat alami ataupun buatan. Mesin pemintal kemungkinan ditemukan di India sekitar tahun 500 hingga 1000 M. Mesin ini mencapai benua Eropa melalui Timur Tengah dan menggantikan cara pemintalan yang lama yang menggunakan tangan

12. Keluarga Suku Batak di Sumatra, diambil tahun 1910
Batak merupakan merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing

13. Para pekerja di situs konstruksi terowongan kereta yang dibangun pada salah satu gunung di Jawa. Foto diambil tahun 1910
Kereta api mulai dibangun di Indonesia pada zaman penjajahan kolonial Belanda. Banyak rakyat Indonesia yang menjadi pekerjanya. Salah satu jalur kereta api melintasi gunung sehingga memerlukan adanya terowongan, seperti pada foto ini

14. Penduduk Kampong di Batavia mendengarkan gramofon, diambil tahun 1910
Warga Batavia ini tampak antusias mendengarkan musik melalui gramofon, yaitu alat pemutar piringan hitam yang berisi alunan lagu

15. Keluarga Suku Bali, diambil sekitar tahun 1910-1920
Beginilah salah satu keluarga Suku Bali pada zaman dahulu. Suku Bali adalah suku bangsa mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali

16. Penjual candu dan perokok, diambil tahun 1912
Candu, madat, opium adalah benda yang kini merujuk pada rokok. Ternyata rokok telah masuk ke Indonesia sebelum tahun 1920

17. Orang Makassar, diambil tahun 1912
Orang Makassar merupakan mereka yang berstatus sebagai Suku Makassar, yaitu etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.”

18. Prajurit perang Suku Nias memindahkan dan menegakkan megalit, diambil tahun 1915
Megalit merupakan batu besar yang menandai tradisi megalitikum. Tidak diketahui pasti apa kegunaan batu besar ini bagi prajurit perang Suku Nias tersebut

19. Ksatria Dayak dari Longnawan, Borneo Utara. Foto diambil tahun 1917
Borneo Utara adalah negara dan protektorat Britania Raya dari tahun 1882-1946, dan merupakan koloni Britania dari tahun 1946-1963. Negara ini terletak di ujung timur laut pulau Borneo. Kini, negara ini merupakan negara bagian Sabah, Malaysia Timur. Adapun Borneo merujuk pada Pulau Kalimantan yang kini sebagian besar merupakan wilayah negara Indonesia.

20. Penari Baris di Bali, diambil tahun 1918
Tari Baris adalah tarian perang tradisional dari Bali yang diiringi dengan gamelan. Tari ini menggambarkan perasaan seorang pahlawan muda sebelum ia pergi ke medan perang, mengelu-elukan kejantanan pahlawan Bali dan menunjukkan kemantapan kepemimpinannya

21. Murid STOVIA, atau “Sekolah Kedokteran Khusus Pribumi” di Batavia, tahun 1919
School tot Opleiding van Indische Artsen/STOVIA (Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

22. Pemahat kayu sibuk membuat topeng, diambil tahun 1919
Topeng yang dibuat oleh para pemahat kayu seperti pada foto ini biasanya dipakai untuk mengiringi pentas kesenian daerah. Misalnya dalam sebuah seni tari, topeng akan menggambarkan watak yang sedang diperankan

23. Petani Batak, Sumatra. Foto diambil tahun 1919
Bukan hanya di Sumatra, sebagian besar mata pencaharian penduduk di seluruh pulau di Indonesia adalah petani. Tanah di Indonesia memang cocok untuk lahan pertanian

24. Perempuan tetua adat Suku Batak di Sumatra, diambil tahun 1919
Suku Batak terkenal dengan salam ‘Horas’-nya. Kamu boleh memberi salam Horas untuk tetua adat ini

25. Laki-laki Suku Dayak dengan anting dan tombak, diambil tahun 1919
Salah satu ciri khas Suku Dayak yaitu pemakaian anting dalam ukuran besar. Bukan hanya kaum wanitanya saja, tetapi kaum prianya juga ada yang memakai anting

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net